(SANGBALA GROUP)
MEDIA PEMBELAJARAN KAMI

Jumat, 03 Desember 2010

Prestasi Internasional

PRESTASI INTERNASIONAL DARI DESA

Kalau anda senang berpetualang dengan dunia maya, sesekali ketik SDN CANDITUNGGAL dengan bantuan mbah google, maka pertama kali yang anda temukan adalah berita yang mengejutkan. Sekolah yang terletak di sebuah desa kecil di kecamatan Kalitengah tersebut ternyata memiliki prestasi yang cemerlang di bidang Seni Pertunjukan. Padahal desa tersebut jaraknya cukup jauh dari perkotaan, kira-kira 20 km dari pusat kota Lamongan. Jauh dari hiruk-pikuk kota dan fasilitas informasi yang sering kita temukan di kota atau sekolahan yang maju.
Walaupun sekolah tersebut sering pentas satu panggung dengan beberapa negara maju seperti USA, Perancis, Belanda, Jepang, Tailand, Inggris, Gambia, Malaysia dan negara-negara lain, sekolah tersebut tidak kemudian memiliki laboratorium kesenian yang lengkap. Anda pasti tidak percaya kalau langsung datang kesana. Anda tidak akan menemukan tempat latihan khusus dengan alat kesenian yang lengkap. Anda akan hanya menemukan seperangkat meja kursi dan papan tulis di tiap kelas.
Ternyata letak greografis dan fasilitas informasi dan media pembelajaran yang sangat minim tersebut bukan menjadi faktor untuk tidak berprestasi. Di kala sekolah sedang sibuk-sibuknya merencanakan sekolah berstandar internasional, justru SDN Canditunggal yang dipimpin kepala sekolah perempuan yang bernama Dra. Rumiyati tersebut sudah mengukir prestasinya yang kedua kali di bidang seni pertunjukan kolaboratif drama, tari musik dan rupa.
Pada Festival Seni Internasional II atau International Teacher Art Award 2008 yang diselenggarakan Pusat Pembinaan Pengembangan Pendidik Tenaga Kependidikan Seni Budaya (PPPPTK-SB) Yogyakarta, SDN Canditunggal mengusung pertunjukan dengan judul “ Past Game” karya Rodli, S.Pd. telah menyabet double winner, diantaranya adalah karya terbaik internasional tingkat SD dan SLTP, sekaligus mendapatkan penghargaan Guru Berprestasi dari Mendiknas Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.
Awalnya banyak kalangan menganggap itu kebetulan. Ternyata prestasi itu terulang lagi pada Festival Seni Internasional III 2010, karyanya kembali masuk dalam karya terbaik I, untuk kategori guru seni dan budaya tingkat Sekolah Dasar. Rodli mementaskan karya “Kaum Klepto” dihadapan ratusan penonton di auditorim pertunjukan PPPPTK-SB Selasa 3 Agustus 2010.
Pertunjukan tersebut bercerita tentang sekelompok kucing-kucing yang kerjanya tiap hari mencuri. Dan dengan kebiasaan mencuri tersebut sifatnya menjadi temperamen alias suka marah. Kucing-kucing pun tiap malam bertarung, dan lama-lama kucing-kucing tersebut bermetamorfosis menjadi harimau.
Ide cerita tersebut terinspirasi dari Kurikulum Anti Korupsi yang telah disosialisasikan kepada siswa. Selama ini korupsi sudah menjadi kebiasaan di tingkat elit. Bahkan tak dipungkiri pula merambah ke dunia pendidikan. Maka, untuk mengantisipasi agar perbuatan tercela ini tidak menjadi “akar tunggang” bagi generasi masa depan, diperlukan pencegah diusia dini, seperti diterapkan pada pembelajaran di tingkat SD.
Rodli memulainya dengan bercerita lewat media wayang. Dikisahkan di sebuah desa kecil hidup sebuah masyarkat kecil yang sering memburu kucing lantaran sering memakan ikan. Konon ada satu ikan yang dimakan kucing, didalam perut ikan itu berisi uang dengan jumlah yang besar. Ternyata uang itu adalah milik pencuri. Ia menyimpanya dalam perut ikan bandeng dengan maksud mengelabuhi orang-orang. Ironisnya uang yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil curian itu dimakan kucing. Maka untuk mendapatkan uang itu kembali laki-laki itu meminta bantuan penduduk desa beramai-ramai memburu kucing-kucing, untuk dibedah perutnya agar menemukan ikan yang berisi uang tadi. Perburuan itu berlangsung terus menerus, namun uang tidak ditemukan. Justru kucing-kucing yang diburu tiap malam itu berubah menjadi harimau. Penduduk kampung pun menjadi ketakutan.
Pertunjukan yang ringan, santai, menghibur dan sarat makna atau pesan ditampilkan oleh puluhan anak-anak SD yang memakai kostum seperti layaknya kucing. Termasuk penduduk desa juga dimainkan anak-anak SD tersebut. Uniknya pertunjukan ini diselang-selingan dengan penggunaan bahasa Inggris, Jawa, dan Indonesia. Sehingga kelihatan intelektual pemainya, walau pun itu dilakukan anak-anak.
Permainan-permainan tradisional juga tidak lepas disuguhkan dalam karya “Kaum Klepto” ini. Tentu ini menjadi nilai khas tersendiri. Ini mengingtkan kembali agar kita melestarikan permainan tradisi yang kini nyaris punah dengan permainan modern
Tak dipungkiri pula riuh tepukan tangan bertubi-tubi datang dari para penonton. Kepiawaian anak-anak SD memainkan karya Rodli ini patut diacungi jempol. Atraksi-atraksi sangat atraktif dan terorganisir dengan baik mengisi tahap demi tahap pementasan “Kaum Klepto”.
Akhirnya, Anugrah teachers award pada perhelatan Festival Seni Internasional III (FSI) 2010 diserahkan kamis malam, 5 Agustus di auditorium PPPPTK-SB Sleman Yogyakarta oleh Dirjen PMPTK Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) Prof. DR. Baedhowi, M.Si. Tiga tingkatan penghargaan masing-masing untuk guru seni pertunjukan, seni rupa (lukis) dang produk inovatif (kriya) diterima tadi malam oleh 15 orang guru.
Inilah pemenang yang berhak mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut untuk bidang seni pertunjukan;
Rodli, SDN Candi Tunggal Kalitengah Lamongan – Jawa Timur
Tri Kristiani, SMPN 1 Kembangbahu Lamongan - Jawa Timur
Suwarto, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta - DIY
Nanang Wahyu Kristiyan, SMKN 3 Banyumas - Jawa Tengah
Gondhol Sumargiyono, SMKN 2 Wonosari – DIY
Guru seni pertunjukan yang menang berhak mendapatkan Trophy, Sertifikat, DVD hasil pementasan, uang pembinaan sebesar Rp. 5.000.000,- dan subsidi operasional sebesar Rp.15.000.000,-
Sedangkan bidang seni lukis;
Nasrul, SMKN 8 Padang – Sumatera Barat
Anang Tri Wahyudi, SD Santo Yosep Surabaya – Jawa Timur
Herisman Tojes, SMKN 4 Padang – Sumatera Barat
Harnimal, SMKN 4 Padang – Sumatera Barat
Wadino, SMKN 2 Sewon Bantul – DIY

Dan bidang produk inovatif;
Muksim Suyono, SMKN 1 Pacitan - Jatim
Muhammad Natsir, SMKN 2 Somba Opu – Sulawesi Selatan
Apri Puji Astuti, SMK Walisongo Jepara – Jawa Tengah
Muhammad Natsir, SMKN 2 Somba Opu – Sulawesi Selatan
Ernawati, TKIT Bina Insan Cendekia Pasuruan – Jawa Timur

Untuk bidang penghargaan di bidang seni lukis dan produk inovatif berhadap memboyong Trophy, Sertifikat, uang pembinaan sebesar Rp. 5.000.000,- dan subsidi pembelian bahan sebesar Rp. 5.000.000,-.
Dirjen PMPTK, juga mengundang 3 karya seni pertunjukan terbaik untuk tampil di Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dalam rangka HUT RI yang ke 65 tahun. “Kalau bisa mereka kita usulkan untuk tampil di Istana Negara, sekarang kita sedang mengajukan usulan tersebut,” kata Baedhowi.
Walau Rodli sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) di sekolah pedesaan tersebut mulai 2004, semangat berprestasinya melebihi guru-guru lain yang telah mendapatkan tunjangan sertifikasi. Ketika ditanya harapan apa pada pemerintah dengan prestasi internasional yang kedua kalinya diraih. Ia dengan santai menjawab, semua apresiasi diserahkan kepada masyarakat dan pemerintah. Ada dan tidaknya apresiasi yang positif dari pemerintah tidak akan pernah mengendorkan semangat berkarya. Ia terus berkeinginan menghasilkan karya-karya pertunjukan terbaik dengan anak-anak didiknya dalam keadaan apapun minimal 2 kali dalam setahun.

0 komentar:

Posting Komentar