(SANGBALA GROUP)
MEDIA PEMBELAJARAN KAMI

Jumat, 26 November 2010

Naskah Teater Anak (Kaum Klepto)


Kaum Klepto
Karya  : rodli tl.

Ide Cerita
Kaum klepto adalah sekumpulan kucing-kucing yang kerjanya hanya mencuri dan mencuri. Maklum kucing-kucing, mereka tidak bisa mendapatkan makanan kalau tidak dengan cara mencuri. Ternyata, kebiasaan itu berdampak negatif pada jiwa dan sikapnya. Kucing-kucing menjadi suka marah dan bertarung. Tiap hari kucing-kucing mencuri, dan tiap malam kucing-kucing bertarung. Lama-lama tabiat kucing menjadi harimau.

Sinopsis
Peristiwa cerita ini berawal dari seorang laki-laki yang kehilangan uang. Padahal ia sangat yakin menyimpannya di tempat yang paling aman. Tidak mungkin orang lain mengetahuinya. Diluar dugaan, ternyata yang mengambil uang itu adalah kucing-kucing. Laki-laki menyimpan uang itu di dalam perut ikan bandeng. Kucing-kucing itu membawa lari dan memakan semua ikan bandeng itu.

Tokoh
Lelaki, 45 tahun, pemarah dan suka mempengaruhi anak bertindak tidak baik
Kucing Hitam, keras dan tidak mudah percaya
Kucing Belang, pemarah, suka mengajak bertarung
Kucing Putih, paling kecil dan tidak suka pertengkaran
Kucing Kuning, paling cerewet, suka mengadu-domba
Kucing Coklat, ikut apa kata yang lain.

Musik

Lelaki/Dalang            : Kaum klepto adalah sekumpulan kucing-kucing yang kerjanya hanya mencuri dan mencuri, maklum kucing-kucing. Mereka tidak bisa mendapatkan makanan kalau tidak dengan cara mencuri. Ternyata, kebiasaan itu berdampak negatif pada jiwa dan sikapnya. Kucing-kucing menjadi suka marah dan bertarung. Tiap hari kucing-kucing mencuri, dan tiap malam kucing-kucing bertarung. Lama-lama tabiat kucing-kucing itu berubah seperti harimau. Peristiwa cerita ini berawal dari seorang lelaki yang kehilangan uang. Padahal ia sangat yakin menyimpannya di tempat yang paling aman. Tidak mungkin orang lain mengetahuinya. Diluar dugaan, ternyata yang mengambil uang itu adalah kucing-kucing. Perempuan menyimpan uang itu di dalam perut ikan bandeng. Kucing-kucing itu membawa lari dan memakan semua ikan bandeng itu.

Musik dan nyanyian

Cing kucing kucing  yok nyanyi ola la la la
                              meong
Cing kucing kucing yok nari ca ca ca ca
                              meong
Cing kucing kucing yok sorak tra la la la la
                              meong
Kucing kucing
Kucing kucing
                              Meong

Lampu menyala terang benderang. Nampak beberapa aktor menyanyi dan menari memerankan kucing-kucing. Tidak lama kemudian suasana berubah menjadi pertengkaran antara kucing-kucing. Mereka saling mengaum, mengejar dan mencakar.

Kucing putih melompat ke tempat yang lebih tinggi. Ia keluar dari medan pertengkaran. Dari tempat tersebut ia memutar-mutar tubuhnya. Terlihat sangat kebingungan Ia menyaksikan teman-temannya yang semakin mengganas melakukan pertengkaran.

Ia ingin melakukan sesuatu. Ia menemukan peralatan dapur pada tempat lain. Ia melompat menerkam dan menjatuhkannya. Terjatulah peralatan itu yang kemudian memunculkan suara amat keras. Kucing-kucing lain terkejut dan berlarian keluar panggung.

Kembali masuk dengan gerakan mengendap-endap diiringi nyanyian

         Mata kucing
         Mata kucing
Mata kucing
         Koyoke ate nyakar

  1. Kucing putih  : (tersenyum sambil mengibaskan ekornya) it is a good idea. I like it. Ah, saiki konco-koncoku wes gak tukaran mane. Aku seneng. Tidak ada perang lagi diantara kita. Gak ono gontok-gontokan mane. There is no war anymore.


Kucing-kucing lain terus menyanyi ketakutan
Mata kucing
Mata kucing
Mata kucing
Koyoke ate nyakar

  1. Kucing Hitam            : (melompat ke tempat lebih tinggi) meong! Stop.  Tak pikir-pikir kok gak ono opo-opo. Gak ono wong sing ate nyekel awak ndewek. Tidak ada orang yang matanya merah seperti mata kucing. Don’t worry. We live forever.

  1. Kucing Kuning          : long life cat!  
  2. Kucing-kucing           : (bersama-sama dan beberapa kali) long life cat!

Mereka terus meneriakkan long live cats. Kemudian bernyanyi dan menari lagi.
Beberapa saat kemudian kucing kuning menarik ekor kucing coklat.

  1. Kucing kuning           : (menarik tubu kucing coklat) melu aku friend. Tak omongi, it is very important
  2. Kucing coklat                        : What is that, opo iku?
  3. Kucing kuning           : something wrong, iki ono sing gak beres, friend
  4. Kucing coklat                        : please talk to me clearly, apa sesuatu itu?
  5. Kucing kuning           : jangan pura-pura menjadi kucing yang bodoh!
  6. Kucing coklat                        : iki temen, aku gak ngerti. Wes ta lah, ngomongo sing jelas. Ojo mbulet koyok benang ruwet.
  7. Kucing kuning           : (agak marah) sawangen kucing putih iku!
  8. Kucing Coklat           : yes, I see. I think it is very good. Dewe’e nglaksanakno perintahe kucing ireng. Gak ketok blas rasa wedine. Apik iku.  Semestinya kita harus seperti dia. She looks so calm. Amat tenang.
  9. Kucing kuning           : (marah) meooooong! You are very stupid. The most stupid cat that I know.
  10. Kucing coklat                        : what happened with you, yellow cat!
  11. Kucing Kuning          : don’t talk anything! I hate you, I hate you very much (berteriak keras)
  12. Kucing-kucing           : what’s happened? What’s matter? What wrong with yellow cat?  Hi yellow cat, what up with you?
  13. Kucing kuning           : hi the cat, look at the white cat. He is our enemy. He is the trouble maker. He made us afraid. He said there was someone will kick and kill us. Believe me, believe me please!
  14. Kucing Belang           : I think so. He looks unafraid. He is so calm.
  15. Kucing coklat                        : oh, I know what are you talking about.
  16. Kucing Kuning          : set up, don’t say anything. And you are not my friend.
  17. Kucing Hitam            : what are you talking about?
  18. Kucing Belang           : we are talking about white cat. He is the trouble maker.
  19. Kucing Hitam            : white cat is trouble maker? What do you mean?
  20. Kucing Kuning          : he surprised us. He made us afraid.
  21. Kucing Hitam            : sure? I don’t believe it
  22. Kucing Belang           : believe us please!
  23. Kucing Hitam            : sorry, I can’t believe you. You often lie your friends. Hi belang, you are unbelievable            
  24. Kucing Belang           : busyet, the black cat always say like that. He can’t believe me anymore. Selalu tidak percaya pada saya. Awas dia!
  25. Kucing Kuning          : (menyelah) hi black cat! This moment not talking about the belang cat. But look at the white cat. Apakah suka kamu dengan sikapnya?
  26. Kucin Hitam              : what’s wrong with white cat?
  27. Kucing Belang           : (menunjuk ke kucing putih) hi black cat, look  carefully!
  28. Kucing Hitam            : don’t speak anything, you are unbelievable. I hate you very much
  29. Kucing Belang           : ok, so am I. you are not my friend anymore. You are my enemy.
  30. Kucing Hitam            : it’s better. I like it.
  31. Kucing Belang           : Hi, the black cat. Now you are not my friend. And you are not my King.
  32. Kucing Hitam            : what do you want?
  33. Kucing Belang           : let’s fight! And who will be winner will be the king.

Kucing hitam langsung melompat dan menerkam kucing belang. Spontan kucing belang menghindar dari serangan kucing hitam. Mereka bertarung dan saling mencakar.

Tiba-tiba seorang lelaki berlari masuk panggung dengan berteriak maling. Anak-anak serentak keluar ikut mengejar. Kucing-kucing pun spontan berhamburan lari kesana kemari.

  1. Lelaki/Dalang            : (berteriak) maling!

Ia berhenti dengan nafas tersengal-sengal. Ia menyesali uangnya yang raib

  1. Lelaki/Dalang            : uang itu saya kumpulkan sedikit demi sedikit. Uang itu saya dapatkan dari cara-cara yang tidak baik. Kadang saya berbohong untuk mendapatkan uang itu.  Uang itu kemudian terkumpul banyak. Namun sialan, uang itu raib. Uang itu dicuri orang lain juga. Padahal saya simpan di tempat yang paling aman. Tidak mungkin orang lain mengetahuinya.  

Kucing-kucing kembali muncul mengendap-endap. Mereka membawa ikan besar sambil bernyanyi.

Iwak bandeng
Gede tenan.
Ojo sampek direbut uwong iku

Lelaki tersentak kaget karena kucing-kucing itu kembali dengan membawa ikan bandeng. 

  1. Lelaki/Dalang            : Ikan itu, bandeng itu, uang itu…………………… (nampak mulai marah) Uang itu saya simpan dalam perut ikan bandeng itu. Sebagaimana saya biasanya membuat otak-otak. Perut itu tidak saya isi kembali dengan daging, namun saya ganti dengan uang jutaan tersebut. Sungguh tidak sejauh itu aku berfikir. Bukan maling yang membawanya lari. Tapi  kucing-kucing itu. Kucing tidak berpendidikan!. (marah pada kucing-kucing) Kucing sialan, kembalikan ikan itu, uang itu!

Lelaki itu memerintah anak-anak untuk menangkap, namun kucing-kucing lebih gesit berlompatan dan berlari.

42.Lelaki/Dalang: (merasa tidak mampu menangkapnya. Menangis. Kembali bangkit) kemanapun engkau pergi akan saya cari. Aku tidak akan berhenti mencarimu. Aku ingin uang itu kembali.

Lelaki  itu kembali berteriak maling, dan meminta bantuan anak-anak lagi untuk menangkapnya.

  1. Lelaki/Dalang: kucing maling! ayo kita tangkap kucing-kucing itu..   

Kucing-kucing lari berlompatan. Mereka menghindar dari kejaran lelaki itu. Kucing putih bersembunyi sendiri

  1. Kucing Putih             : Oh my God, apa benar ikan itu adalah hasil curian. Kenapa hidup ini sebegitu gila. Kenapa kaum kami banyak yang menjadi pencuri. Dimanapun berada mereka selalu suka mencuri dan bertarung. Hewan macam apa kami ini. My God, apa memang Kau takdirkan kaum kami ini menjadi pencuri dan petarung?

 Tiba-tiba kucing kuning keluar dari persembunyiannya.

  1. Kucing Kuning          : hai kucing hitam dan belang! Perempuan itu sudah pasti tidak bisa mengejar kita. Ayolah bertarung kembali merebutkan ikan dan kursi raja.
  2. Kucing Belang           : siapa takut. I will be the winner. Bandeng itu akan menjadi milik saya. And I will be the king.
  3. Kucing Hitam            : hai kucing belang, jangan sombong! Don’t be arrogant. Kalau kucing hitam kalah dengan kucing belang. Hitam kelam buluku ini akan aku cukur. Dan akan aku  congkel ketajaman mataku ini. Belum ada ceritanya kucing hitam kalah dengan kucing belang. The black cat never lost.

Kucing hitam dan belang terus mengganas bertengkar merebutkan ikan bandeng.
Kucing-kucing lain bersorak-sorai. Tidak ada satupun yang melerai. Mereka betul-betul merayakan peperangan.
Lelaki dengan memegang kayu besar. Dengan nafas tersengal-sengal dan wajah memerah. Pelan-pelan ia mendekati kerumunan kucing yang sedang bersorak-sorai.

  1. Lelaki/Dalang            : Oh my God, There are so many cats. Lalu yang mana yang mengambil  uangku.  Ah, it’s not the main point. Yang paling penting uang itu saya dapatkan kembali.

Lelaki itu mengendap-endap. Namun ia terpeleset. Kucing pun berlarian. Lelaki cepat kembali bangun dan langsung memanggil anak-anak untuk mengejar kucing-kucing. Kucing-kucing berlari cepat.

  1. Kucing Hitam            : It’s very dangerous. Orang-orang itu terus mengejar. Mereka tidak kenal lelah. Mereka pantang menyerah. She never give up
  2. Kucing Coklat           : Terus enake piye?
  3. Kucing Putih             : lebih baik ikan itu kita kembalikan ke lelaki itu.
  4. Kucing Kuning          : Jangan sok suci kucing putih. 
  5. Kucing Putih             : aku ingin berbuat seperti warnah tubuhku. I want to be wise cat
  6. Kucing Coklat           : hai, kucing putih, apapun warnah bulu kita. Kita adalah sama.
  7. Kucing Kuning          : You are smart cat. Semua kucing sama tabiatnya. Memiliki tabiat pencuri dan petarung.
  8. Kucing Putih             : Tidak, kita tidak boleh bangga dengan keburukan yang kita lakukan. Kita harus malu menjadi pencuri. Kita harus berhenti menjadi petarung.
  9. Kucing Coklat           : kalau kamu ingin mengingkari tabiatmu menjadi kucing, matio wae! You must be die, you know!
  10. Kucing Putih             : kita tidak boleh putus asa. Kita harus berubah.
  11. Kucing Belang           : berubah dadi opo, dadi macan?  
  12. Kucing Putih             : No, it is not good idea. Kita tidak boleh menjadi makhluk yang semakin lama semakin jahat.
  13. Kucing belang.          : ingat kucing putih. Kita tidak akan pernah bisa makan apabila kita tidak mencuri dan bertarung. Dua kejahatan itu tidak bisa dipisahkan dari sifat para kucing. Kita suka mencuri agar kita mudah cepat emosi. Maka kita tidak akan pernah takut dengan binatang lain. Kita cepat sigap untuk mengajak bertarung dan memangsanya. Karena makanan kita adalah daging.
  14. Kucing Putih             : no friend, Kita pasti bisa. Yes we can. We can be better. Tuhan bersabda, Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang bila kita tidak mau merubahnya.
  15. Kucing Coklat           : (tertawa) ajaran itu untuk manusia. Not for animal
  16. Kucing                        : ya, apomane kanggo kucing. Gak mungkin.
  17. Kucing  Coklat       : ya, sangat tidak mungkin. Sudahlah kucing putih. jangan bermimpi jadi manusia. Sama saja. Mereka juga mulai banyak yang sebenarnya bertabiat seperti kita., memberikan makanan pada anak-anaknya dengan hasil curian. Ojo heran ne anak-anake luwi ganas tinimbang macan. Lebih sadis
  18. Kucing Hitam            : Let’s go to the point. Demi keselamatan kita bersama. Sebaiknya ikan itu segera kita makan. Agar orang-orang itu tidak lagi mengejar kita.
  19. Kucing-Kucing          : long life a black cat!

Kucing-kucing lalu berpesta memakan bandeng. Ia bernyanyi dan menari.

  1. Kucing Belang       : kucing hitam, kalau ikan bandeng itu habis. Bukan berarti kita berhenti bertarung. Kita harus melanjutkan pertarungan kita. Kita harus merebutkan kursi kekuasaan itu. Aku gak pingin awakmu terus-terusan dadi Raja. Aku pingin ngalahno awakmu. Dan sayalah yang akan menjadi sang Raja itu
  2. Kucing Hitam            : Ne ngono karepmu. Kucing ireng pantang nolak tantangan. You are very arrogant! (langsung melompat dan menerkam)

Kucing Hitam dan belang kembali bertarung. Bertarungannya semakin seru. Mereka saling mencakar. Kedua kucing itu berlumuran darah

  1. Kucing Putih             : awas, orang-orang itu mengejar kita lagi.

Kucing-kucing terkejut dan langsung ngibrit berlari.

  1. Kucing Kuning          : mana? sama sekali aku tidak melihat seorang pun.
  2. Kucing Coklat           : ya, aku juga.
  3. Kucing Kuning          : kucing itu pembohong.
  4. Kucing Coklat           : ya, kucing putih itu menakut-nakuti kita!
  5. Kucing Kuning          : betul, ia harus kita hajar
  6. Kucing Coklat           : aku setuju
  7. Kucing Belang           : stop. Kucing putih. dimana orang-orang itu?
  8. Kucing kuning           : cakar saja!
  9. Kucing putih              : aku tadak mau kalian terus-menerus bertengkar. Aku ingin kita hidup rukun.
  10. Kucing Kuning        : hai kucing putih, kau tahu apa yang sehari-hari kita makan. Sejak kita masih bayi, kita diberi makanan yang haram oleh orang tua kita. Orang tua kita mendapatkan makanan itu dengan cara yang tidak baik, yaitu dengan cara mencuri.
  11. Kucing Coklat          : maka jangan heran kalau kemudian kita menjadi binatang petarung. Lantaran makanan yang sehari-hari kita makan adalah makanan yang tidak halal.
  12. Kucing Putih             : (berteriak dan menangis) no……….! Aku tidak mau terus hidup begini. Menjadi makhluk yang jahat. Aku tidak mau mencuri, aku tidak mau bertengkar.
  13. Kucing Belang           : (melompat dan menerkam kucing putih) mati sajalah kucing putih. karena kau ingin mengingkari kodratmu sebagai kucing. Ayo matilah, matilaaaa!

Kucing belang terus menyiksa kucing putih sampai mati.

Musik sedih menyayat.

Muncul Lelaki bersama anak-anak itu. Mereka bergerak pelan menangkap kucing coklat. Dan tertangkaplah kucing tersebut. Sedang yang lain berlari kencang.

  1. Lelaki                         : tertangkaplah engkau kucing. Akan aku bedah perutmu. Dan aku dapatkan uangku kembali. (perempuan itu tertawa lalu membelah perut dan mengeluarkan semua isinya. Namun ia sama sekali tidak menemukan uangnya) sialan, uang itu tidak ada di perut kucing itu. Aku yakin uang itu berada di dalam perut kucing lain. Akan saya tangkap semua kucing. Dan akan aku keluarkan isi perutnya. Aku ingin uangku kembali.

Kucing-kucing kembali ke panggung. Mereka berlarian. Mereka ketakutan.

  1. Kucing Belang           : hai kucing hitam. You are wrong.
  2. Kucing Hitam            : what do you mean?
  3. Kucing Belang           : jangan pura-pura bento!
  4. Kucing Hitam            : kamu ini ngomong apa?
  5. Kucing Belang           : bicara tentang tai kucing!
  6. Kucing Hitam            : ya sudah, bicaralah sendiri tentang tai kucing.
  7. Kucing Belang           : Stop!

Kucing-kucing berhenti berlari.

  1. Kucing                        : kucing hitam. Kamu salah besar.
  2. Kucing Hitam            : kamu ini ngomong apa, ngomong tai kucing!
  3. Kucing Belang           : perempuan itu terus mengejar kita, walau ikan itu sudah habis.
  4. Kucing Kuning       : sudahlah jangan banyak bicara. Bertarung sajalah. Yang menang dialah yang akan menjadi raja.

Tiba-tiba kucing hitam melompat dan menerkam kucing kuning

  1. Kucing Hitam            : kamu ternyata sangat licik. Kamu anggap rajamu ini adalah raja yang dungu. Kamu adu aku seperti domba. Sebelum yang lain mati kamu harus mati terlebih dahulu.

(Kucing kuning dicabik-cabik. Kucing kuning terkapar mati).

Musik

Suasana sedih menyayat.

  1. Kucing Belang           : kucing hitam. Kini tinggal kita berdua. Kini kita harus bertarung sampai mati. Siapa yang masih hidup. Dia yang akan menjadi raja.
  2. Kucing Hitam            : sudahlah jangan banyak bicara. Mumpung darahku masih memuncak, ayo kita lanjutkan pertarungan kita!

Kucing hitam dan belang bertarung amat sengit. Saling berlompatan menyerang. Kucing hitam terdesak. Kucing hitam nafasnya tersengal-sengal. Kucing belang terus menyerang sampai tubuh kucing hitam terjatuh pada tanah.

  1. Kucing Belang           : (mengaum seperti harimau) Akulah sang raja, akan aku makan dagingmu, dan aku hisap darahmu. Aku menjadi raja hutan.

Kucing belang itu mengeong, Eongannya menjadi auman. Seperti auman seekor harimau.  Badan kucing semakin membesar.  Ia menjadi harimau si raja hutan

  1. Lelaki/Dalang            : Ya Tuhan, Itu harimau apa kucing. Bentuk tubuhnya seperti kucing namun aumannya seperti raja hutan.  Jangan-jangan itu kucing jadi-jadian. (ketakutan )  

Kucing yang telah berubah menjadi harimau itu mengaum lalu melompat menerkan perempuan yang sedang ketakutan. Kucing itu bergerak menari.
Lelaki itu dengan gesit menghindar dan cepat berlari. Namun kucing harimau itu pantang menyerah. Ia terus mengejar perempuan itu.

Lelaki/Dalang            : Kucing-kucing it terus mencuri dan tiap malam bertengkar. Kucing itu bermetamorfosis menjadi harimau.

Musik dan lampu pelan-pelan redup bertanda pertunjukan selesai


TAMAT

Lamongan, 1 Februari 2010

0 komentar:

Posting Komentar